Labels

Thursday, October 18, 2012

Kecamatan Tayu


Kecamatan Tayu merupakan kecamatan termaju ketiga di Kabupaten Pati setelah kecamatan Pati dan kecamatan Juwana. Terletak lebih kurang 27 km ke arah utara kota Pati, tepat di jalur yang menghubungkan Pati dengan Jepara.
Kecamatan ini berada di keinggian antara 1 - 41 meter dpl dan sebagaimana daerah lain di kabupaten Pati bagian utara, Tanah di Kecamatan Tayu terdiri atas tanah Aluvial, Red Yellow dan regosol. dengan luas 4.759 ha yang terdiri atas 2.038 ha lahan sawah dan sisanya seluas 2.721 ha lahan non sawah.
Batas-batas wilayah Kecamatan Tayu yaitu:

Deny Pranata

Deny Pranata lahir di Pati pada tanggal 21 Desember 1990. Putra dari Wiwit (ayah) dan Sukijah (ibu).

Tuesday, October 2, 2012

Analisis Dimensi Sosial Novel Para Priyayi Dengan Tinjauan Sosiologi Sastra (Karangan:Umar Kayam)


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Novel merupakan salah satu bagian dari sastra yang masih digemari oleh masyarakat umum. Pada kesempatan ini peneliti akan meneliti atau mengkaji sebuah novel yang berjudul Para Priyayi karangan Umar Kayam dengan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi karena dalam novel Para Priyayi membahas mengenai kehidupan sehari-hari oleh tokoh yang ada dalam novel tersebut. Gaya penulisannya juga sederhana, bernarasi Jawa yang akrab, mudah dicerna, dengan kritik-kritik yang segera mengajak pembaca membuat perenungan, yang sebenarnya memiliki kandungan makna dan filosofi kehidupan.  Selain budaya pewayangan yang banyak diekspos dalam novel Para Priyayi, Umar Kayam juga menghadirkan para tokoh yang sangat mencerminkan orang-orang Jawa pada umumnya. Sosiologi dalam sastra merupakan gabungan dan sistem pengetahuan yang berbeda. Sosiologi adalah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek formal.
Seorang sastrawan yang bernama Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abrams dalam Nugiyantoro, 2000:4). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource) (dalam pendekatan structural dan semiotic). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
Karya fiksi dengan demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguhsehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya dibuktikan secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual (Nurgiyantoro, 2000:2)
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2) dapat diartiakn sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu novel. Novel dapat dikaji dari beberapa aspek, misal penokohan, isi, cerita, setting, alur dan makna. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka, missal pada novel karya Umar Kayam yang berjudul Para Priyayi. Novel Para Priyayi karya Umar Kayam menggambarkan secara gambling warna-warni kehidupan tokohnya yang brlatar kehidupan Jawa. Novel ini menarik untuk dianalisis karena didalam novel ini menceritakan realita kehidupan tokoh-tokohnya mengenai kehidupan keluarga besar priyayi Jawa dan masalah-masalah yang ada didalamnya. Keluarga ini adalah keluarga Sastrodarsono. Perjuangan hidup untuk membangun satu generasi priayi yang berasal dari seorang petani.

B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah struktur yang membangun novel Para Priyayi karya Umar Kayam?
2.    Bagaimanakah nilai-nilai social yang terdapat dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam?
C.Tujuan Penelitian
1.    Mendiskripsikan struktur yang membangun novel Para Priyayi karya Umar Kayam.
2.    Mendiskripsikan nilai-nilai social yang terdapat dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam.
D.Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.
1.    Manfaat Teoritis
a.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra.
b.    Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.

2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik.
b.    Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra.
c.    Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka
    Kajian pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu mengenai analisis sosiologi, perbedaannya pada objek penlitiannya.
            Penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti Ahadah (2009) dengan judul “Nilai-nilai Edukatif dalam “Novel Mengejar Matahari” karya Titien Wattimena: Tinjauan Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut berkesimpulan berdasarkan analisis structural, unsure-unsur novel tersebut menunjukkan kepaduan dan hubungan yang harmonis dalam mendukung totalitas makna. Struktur yang membangun novel Mengejar Matahari antara lain tema, penokohan, alur, dan latar. Nilai-nilai edukatif yang menonjol dalam novel Mengejar Matahari karya Titien Wattimena adalah 1. Nilai cinta kasih sayang yang meliputi (a) kasih sayang terhadap sesame, (b) kasih sayang terhadap keluarga, 2. Nlai toleransi, 3. Nilai kesabaran (mampu mengendalikan diri), 4. Nilai tanggung jawab.
       Penelitian yang dilakukan oleh  Eny Setya Utami (2011) dengan judul “Nilai Edukatif dalam “Novel Pesan dari Sambu” karya Tasmi P.S.: Tinjauan Sosiologi Sastra karya. Penelitian tersebut menarik kesimpulan berdasarkan analisis structural unsure-unsur novel tersebut menunjukan kepaduan dan hubungan yang harmonis dalam mendukung totalitas makna struktur yang membangun novel “Pesan dari Sambu” antara lain tema, penokohan, alur dan latar. Tema dalam novel Pesan dari Sambu adalah cinta dan kasih sayang. Sedangkan tokoh utamanya adalah Mimi anak yang berusia 13 tahun.
       Penelitian yang dilakukan oleh Hening Wulan Aprilia (2012) dengan judul “Dimensi Sosial Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Penelitian yang dilakukan Hening berkesimpulan bahwa unsure-unsur structural dan unsure-unsur sosiologi saling mendukung, karena pengkajian terhadap unsure-unsur structural merupakan pengkajian pertama sebelum mengkaji unsure sosiologi. Dalam novel Sang Pencerah tersebut isinya mengandung banyak tentang agama islam dan masalah-masalah dalam masyarakat beragama.
B.   Dasar Teori
1.         Pengertian Novel
Nurgiyantoro (2009:9) Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette) yang berarti karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
Nurgiyantoro (2000:18) menjelaskan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema, alur, plot, dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah nyata.
2.         Pendekatan Struktural
Nurgiyantoro (2007: 37) mengatakan bahwa pendekatan structural adalah pendekatan yang secara langsung menganalisis unsure-unsur intrinsic yang membangun karya sastra serta mencari relevansi atau keterjalinan antar unsure-unsur tersebut. Strukturalisme juga dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antar unsure pembangun karya bersangkutan.
3.         Pengertian Sosiologi Sastra
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi sastra adalah suatu pendekatan yang melihat hubungan antara sastra dengan masyarakat (Wellek dan Warren, 2000: 110. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga social dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur social. Wilayah sosiologi sastra cukup luas, Wellek dan Warren (dalam Damono, 2000: 111) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klarifikasi yaitu :
a.         Sosiologi pengarang,  yakni  yang mempermasalahkan  tentang  status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang men yangkut diri pengarang.
b.         Sosiologi  karya  sastra,  yakni  mempermasalahkan  tentang  suatu  karya  sastra;  yang menjadi  pokok  telaah  adalah  tentang  apa  yang  tersirat  dalam  karya  sastra  tersebut  dan  apa tujuan atau amanat  yang hendak disampaikannya.
c.         Sosiologi sastra yang  mempermasalahkan tentang  pembaca  dan pengaruh  sosialnya terhadap masyarakat.
        Dari  pendekatan  sosiologi  sastra  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  peneliti  akan menggunakan  satu  pendekatan  yang dianggap  sesuai dengan  penelitian  ini.  Pendekatan  yang digunakan  adalah  pendekatan  yang  dikemukakan  oleh  Ian  Watt  yang  melihat  sastra  sebagai cermin masyarakat.


C.   Kerangka Berpikir
       Kerangka berpikir dalam penelitian kualitatif hanya merupakan bagaimana setiap variabelnya dengan posisinya yang khususnya akan dikaji dan dipahami keterkaitannya dengan variable yang lain ( Sutopo, 2002 : 141). Dalam mengkaji novel ini peneliti menganalisis beberapa unsure pembentuk karya sastra diantaranya : Tema, Penokohan, Alur, dan Latar. Kemudian dilanjutkan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai analisisnya dan yang terakhir simpulan.

D.   Metodelogi Penelitian
1.    Pendekatan Penelitian
     Dalam penelitian ini peneliti mengungkapkan data-data yang berupa kata-kata, frasa, ungkapan yang ada dalam novel Para Priyayi karangan Umar Kayam dan permasalahan-permasalahan yang dianalisis dengan teori structural dan teori sosiologi sastra untuk menganilisis unsure sosialnya.
       Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif diskriptif. Dalam metode kualitatif diskriptif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendiskripsian yang sangat teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data meliputi analisis dan interprestasi data tersebut (Sutopo, dalam Imron, 2010: 32).
2.     Subjek dan Objek Penelitian
          Subjek penelitian ini adalah novel Para Priyayi karya Umar Kayam, sedangkan Objek penelitian ini adalah aspek dimensi social yang ada dalam novel Para Priyayi. Dari sekian novel karangan Umar Kayam, peneliti tertarik untuk meneliti novel yang berjudul Para Priyayi karena dalam novel tersebut banyak kejadian atau peristiwa yang sangat mengugah wawasan bagi pembaca yaitu mengenai agama serta kebudayaan Jawa yang sangat kental.
3.         Data dan Sumber Data
a.         Data
Data merupakan bagian yang terpenting dalam setiap bentuk penelitian. Menurut Sutopo (2002:48), data kualitatif merupakan data yang berkaitan dengan kualitas. Data yang dikumpulkan adalah data diskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2006: 11).
Data dalam penelitian ini adalah kata-kata serta ungkapan yang ada dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam yang mengandung unsur dimensi social masyarkat.
b.         Sumber Data
   Menurut Loflan (dalam Moleong, 2006: 112) sumber data adalah sumber dari mana data itu diperoleh. Sumber utama penelitian kualitatif penelitian ini adalah kata-kata dan selebihnya adalah tambahan. Sumber data penelitian ini adalah novel Para Priyayi karangan Umar Kayam.
4.         Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik pustka yaitu dengan menganalisis isi. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42). Pada analisis ini peneliti membaca kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Datanya berupa novel, maka peneliti mencoba menelaah isi novel Para Priyayi karangan Umar Kayam.
5.         Keabsahan Data
Validitas merupakan alat ukur yang mempersoalkan mengenai apakah alat ukur tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian kualitatif untuk menjamin data yang diperoleh atau dihasilkan, validitas datanya dapat dilakukan dengan cara triangulasi teori dan triangulasi peneliti.
a.         Triangulasi data
Yaitu penelitian dengan memanfaatkan jenis data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis.
b.         Triangulasi peneliti
Baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
c.         Triangulasi metode
Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan teknik atau pengumpulan data yang berbeda.
d.        Teknik analisis data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori membahas permasalahan yang dikaji.
6.         Teknik Analisis Data
     Teknik analisis data meruppakan proses mengatur urutan data menggolongkannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moeleong, 2001: 103). Kegiatan analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif.           
     Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode klasifikasi, deskriptif, dan analisis. Analisis data yang ditinjau dari segi klasifikasi yakni data-data yang telah diklasifikasikan tersebut, lalu dideskripsikan apa adanya tanpaadanya penilaian, kemudian dilakukan penganalisisan. Analisis data merupakan tahap inti dari penelitian penelitian kualitatif ini. Metode klasifikasi, deskriptif,dan analisis dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan sosiologi sastra yang ada dalam novel Para Priyayi karangan Umar Kayam.
Berdasarkan jenis data tersebut alur atau tahap penelitian dimulai dari : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.






DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2010. Dimensi Sosial Keagamaan Modern.   Solo: Smart Media.
Damono, Sapardi Djoko. 2004. Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kayam, Umar. 2001. Para Priyayi. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
Moeleong, lexy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rusdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Press.
Subroto.1992. “Penelitian Kualitatif”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutopo. 2002. “Metodelogi Penelitian Kualitatif”. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2000. Teori Kasusastraan (Terjemahan Melanic Budianti). Jakarta: Gramedia.










Tak Berubah

Kau masih seperti dulu
Menyakiti hatiku
Membuatku cemburu
Menahan sesak di dadaku


Tak berubah kelakuanmu
Janji diingkari olehmu
Setelah maaf ku berikan
Namun tak juga kau perbaiki kesalahan

Haruskah ku akhiri
Cinta yang telah tertanam dihati
Seiring perbuatanmu
Masih melukaiku

Mungkin cintamu telah berubah
Hingga kau berpaling arah
tak lagi mencintaiku
Hingga kau tak merubah sifatmu