BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Novel
merupakan salah satu bagian dari sastra yang masih digemari oleh masyarakat
umum. Pada kesempatan ini peneliti akan meneliti atau mengkaji sebuah novel
yang berjudul Para Priyayi karangan Umar Kayam dengan pendekatan sosiologi
sastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi karena dalam novel Para
Priyayi membahas mengenai kehidupan sehari-hari oleh tokoh yang ada dalam novel
tersebut. Gaya penulisannya juga sederhana, bernarasi Jawa yang akrab, mudah dicerna,
dengan kritik-kritik yang segera mengajak pembaca membuat perenungan, yang
sebenarnya memiliki kandungan makna dan filosofi kehidupan. Selain budaya pewayangan yang banyak diekspos
dalam novel Para Priyayi, Umar Kayam juga menghadirkan para tokoh yang sangat
mencerminkan orang-orang Jawa pada umumnya. Sosiologi dalam sastra merupakan
gabungan dan sistem pengetahuan yang berbeda. Sosiologi adalah bidang ilmu yang
menjadikan masyarakat sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek
formal.
Seorang sastrawan yang bernama Waluyo
(2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif
kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu
dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses
tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap
pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya
metode, munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam
diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.
Sastra
sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa
yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat
kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan
dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan
adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan
masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Fiksi
pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan
cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abrams
dalam Nugiyantoro, 2000:4). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi
(fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative
discource) (dalam pendekatan structural dan semiotic). Istilah fiksi dalam
pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan
fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran
sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
Karya
fiksi dengan demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang
bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi
sungguh-sungguhsehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata
sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya,
atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya dibuktikan
secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi dengan karya
nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah
tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya
nonfiksi bersifat faktual (Nurgiyantoro, 2000:2)
Sebagai
sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan
tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui
sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi menurut
Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2) dapat diartiakn sebagai prosa
naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung
kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Ada
berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu novel. Novel dapat dikaji
dari beberapa aspek, misal penokohan, isi, cerita, setting, alur dan makna.
Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra
dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan
berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka, missal
pada novel karya Umar Kayam yang berjudul Para Priyayi. Novel Para Priyayi
karya Umar Kayam menggambarkan secara gambling warna-warni kehidupan tokohnya
yang brlatar kehidupan Jawa. Novel ini menarik untuk dianalisis karena didalam
novel ini menceritakan realita kehidupan tokoh-tokohnya mengenai kehidupan keluarga
besar priyayi Jawa dan masalah-masalah yang ada didalamnya. Keluarga ini adalah
keluarga Sastrodarsono. Perjuangan hidup untuk membangun satu generasi priayi
yang berasal dari seorang petani.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
struktur yang membangun novel Para Priyayi karya Umar Kayam?
2.
Bagaimanakah
nilai-nilai social yang terdapat dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam?
C.Tujuan
Penelitian
1.
Mendiskripsikan struktur
yang membangun novel Para Priyayi karya Umar Kayam.
2.
Mendiskripsikan
nilai-nilai social yang terdapat dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam.
D.Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.
1.
Manfaat Teoritis
a.
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra.
b.
Hasil penelitian
ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara
teknik analisis terhadap karya sastra.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi pengarang
penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra
yang lebih baik.
b.
Bagi pembaca
penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra.
c.
Bagi peneliti,
penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian
sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN
LANDASAN TEORI
A.Kajian
Pustaka
Kajian pustaka berfungsi untuk memberikan
pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Penelitian ini
memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu mengenai analisis
sosiologi, perbedaannya pada objek penlitiannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti
Ahadah (2009) dengan judul “Nilai-nilai Edukatif dalam “Novel Mengejar
Matahari” karya Titien Wattimena: Tinjauan Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut
berkesimpulan berdasarkan analisis structural, unsure-unsur novel tersebut
menunjukkan kepaduan dan hubungan yang harmonis dalam mendukung totalitas makna.
Struktur yang membangun novel Mengejar Matahari antara lain tema, penokohan,
alur, dan latar. Nilai-nilai edukatif yang menonjol dalam novel Mengejar
Matahari karya Titien Wattimena adalah 1. Nilai cinta kasih sayang yang
meliputi (a) kasih sayang terhadap sesame, (b) kasih sayang terhadap keluarga,
2. Nlai toleransi, 3. Nilai kesabaran (mampu mengendalikan diri), 4. Nilai
tanggung jawab.
Penelitian yang dilakukan oleh
Eny Setya Utami (2011) dengan judul “Nilai Edukatif dalam “Novel Pesan dari
Sambu” karya Tasmi P.S.: Tinjauan Sosiologi Sastra karya. Penelitian tersebut
menarik kesimpulan berdasarkan analisis structural unsure-unsur novel tersebut
menunjukan kepaduan dan hubungan yang harmonis dalam mendukung totalitas makna
struktur yang membangun novel “Pesan dari Sambu” antara lain tema, penokohan,
alur dan latar. Tema dalam novel Pesan dari Sambu adalah cinta dan kasih
sayang. Sedangkan tokoh utamanya adalah Mimi anak yang berusia 13 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Hening Wulan Aprilia (2012)
dengan judul “Dimensi Sosial Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral:
Tinjauan Sosiologi Sastra”. Penelitian yang dilakukan Hening berkesimpulan
bahwa unsure-unsur structural dan unsure-unsur sosiologi saling mendukung,
karena pengkajian terhadap unsure-unsur structural merupakan pengkajian pertama
sebelum mengkaji unsure sosiologi. Dalam novel Sang Pencerah tersebut isinya
mengandung banyak tentang agama islam dan masalah-masalah dalam masyarakat
beragama.
B.
Dasar Teori
1.
Pengertian Novel
Nurgiyantoro
(2009:9) Dewasa ini istilah novella
dan novelle mengandung pengertian
yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette) yang berarti karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan,
tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
Nurgiyantoro
(2000:18) menjelaskan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang tidak selesai
dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema, alur, plot, dan penokohan. Novel
merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk fiksi atau cerita rekaan,
namun ada pula yang merupakan kisah nyata.
2.
Pendekatan Struktural
Nurgiyantoro
(2007: 37) mengatakan bahwa pendekatan structural adalah pendekatan yang secara
langsung menganalisis unsure-unsur intrinsic yang membangun karya sastra serta
mencari relevansi atau keterjalinan antar unsure-unsur tersebut. Strukturalisme
juga dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada
kajian hubungan antar unsure pembangun karya bersangkutan.
3.
Pengertian Sosiologi Sastra
Secara
singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi sastra adalah suatu pendekatan yang
melihat hubungan antara sastra dengan masyarakat (Wellek dan Warren, 2000: 110.
Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia
berlangsung dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga
social dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain yang
kesemuanya itu merupakan struktur social. Wilayah sosiologi sastra cukup luas,
Wellek dan Warren (dalam Damono, 2000: 111) membagi telaah sosiologis menjadi
tiga klarifikasi yaitu :
a.
Sosiologi pengarang, yakni
yang mempermasalahkan
tentang status sosial, ideologi
politik, dan lain-lain yang men yangkut diri pengarang.
b.
Sosiologi karya
sastra, yakni mempermasalahkan tentang
suatu karya sastra;
yang menjadi pokok telaah
adalah tentang apa
yang tersirat dalam
karya sastra tersebut
dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya.
c.
Sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca
dan pengaruh sosialnya terhadap
masyarakat.
Dari pendekatan
sosiologi sastra yang
telah dikemukakan di
atas, peneliti akan menggunakan satu
pendekatan yang dianggap sesuai dengan
penelitian ini. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan
yang dikemukakan oleh
Ian Watt yang
melihat sastra sebagai cermin masyarakat.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian
kualitatif hanya merupakan bagaimana setiap variabelnya dengan posisinya yang
khususnya akan dikaji dan dipahami keterkaitannya dengan variable yang lain (
Sutopo, 2002 : 141). Dalam mengkaji novel ini peneliti menganalisis beberapa unsure
pembentuk karya sastra diantaranya : Tema, Penokohan, Alur, dan Latar. Kemudian
dilanjutkan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai analisisnya dan
yang terakhir simpulan.
D.
Metodelogi Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengungkapkan data-data yang
berupa kata-kata, frasa, ungkapan yang ada dalam novel Para Priyayi karangan
Umar Kayam dan permasalahan-permasalahan yang dianalisis dengan teori
structural dan teori sosiologi sastra untuk menganilisis unsure sosialnya.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif diskriptif. Dalam metode kualitatif diskriptif bertujuan
untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendiskripsian yang
sangat teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat
suatu hal, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data meliputi
analisis dan interprestasi data tersebut (Sutopo, dalam Imron, 2010: 32).
2.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah novel Para Priyayi karya Umar
Kayam, sedangkan Objek penelitian ini adalah aspek dimensi social yang ada
dalam novel Para Priyayi. Dari sekian novel karangan Umar Kayam, peneliti
tertarik untuk meneliti novel yang berjudul Para Priyayi karena dalam novel
tersebut banyak kejadian atau peristiwa yang sangat mengugah wawasan bagi
pembaca yaitu mengenai agama serta kebudayaan Jawa yang sangat kental.
3.
Data dan Sumber Data
a.
Data
Data merupakan bagian yang
terpenting dalam setiap bentuk penelitian. Menurut Sutopo (2002:48), data
kualitatif merupakan data yang berkaitan dengan kualitas. Data yang dikumpulkan
adalah data diskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka (Moleong, 2006: 11).
Data dalam penelitian ini
adalah kata-kata serta ungkapan yang ada dalam novel Para Priyayi karya Umar
Kayam yang mengandung unsur dimensi social masyarkat.
b.
Sumber Data
Menurut Loflan (dalam Moleong,
2006: 112) sumber data adalah sumber dari mana data itu diperoleh. Sumber utama
penelitian kualitatif penelitian ini adalah kata-kata dan selebihnya adalah
tambahan. Sumber data penelitian ini adalah novel Para Priyayi karangan Umar
Kayam.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data,
peneliti menggunakan teknik pustka yaitu dengan menganalisis isi. Teknik
pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh
data (Subroto, 1992: 42). Pada analisis ini peneliti membaca kemudian mencatat
dokumen-dokumen yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Datanya berupa novel, maka peneliti mencoba menelaah isi
novel Para Priyayi karangan Umar Kayam.
5.
Keabsahan Data
Validitas merupakan alat
ukur yang mempersoalkan mengenai apakah alat ukur tersebut benar-benar dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian kualitatif untuk menjamin
data yang diperoleh atau dihasilkan, validitas datanya dapat dilakukan dengan
cara triangulasi teori dan triangulasi peneliti.
a.
Triangulasi data
Yaitu penelitian dengan
memanfaatkan jenis data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis.
b.
Triangulasi peneliti
Baik data ataupun simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti.
c.
Triangulasi metode
Penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan teknik atau pengumpulan data
yang berbeda.
d.
Teknik analisis data
Penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori membahas
permasalahan yang dikaji.
6.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis
data meruppakan proses mengatur urutan data menggolongkannya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moeleong, 2001: 103). Kegiatan
analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya
sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif.
Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan metode klasifikasi, deskriptif, dan
analisis. Analisis data yang ditinjau dari segi klasifikasi yakni data-data yang telah diklasifikasikan tersebut, lalu dideskripsikan
apa adanya tanpaadanya penilaian, kemudian dilakukan penganalisisan. Analisis
data merupakan tahap inti dari penelitian penelitian kualitatif ini. Metode
klasifikasi, deskriptif,dan analisis dalam penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan sosiologi sastra yang ada dalam novel Para Priyayi karangan
Umar Kayam.
Berdasarkan jenis data tersebut alur
atau tahap penelitian dimulai dari : pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2010. Dimensi Sosial Keagamaan Modern. Solo: Smart Media.
Damono, Sapardi Djoko. 2004. Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kayam, Umar. 2001. Para
Priyayi. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
Moeleong, lexy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rusdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian
fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Press.
Subroto.1992. “Penelitian Kualitatif”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutopo. 2002. “Metodelogi Penelitian Kualitatif”. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2000. Teori Kasusastraan (Terjemahan Melanic Budianti). Jakarta:
Gramedia.
No comments:
Post a Comment